Cinta, anak muda menyebutnya cinta itu seperti permen nano-nano, yang berjuta-juta rasanya, ada juga yang menafsirkan cinta itu seperti pelangi, berwarna-warni dan indah. Seseorang yang terlarut dalam makna cinta juga akan mengatakan bahwa cinta itu buta, sampai-sampai tak nampak antara warna putih dan hitam, bagi mereka semua nampak sama. Seseorang yang penuh dengan ketulusan cinta juga mengatakan bahwa cinta adalah sebuah pengorbanan, karena cinta tak harus memiliki, bagi mereka sang pengorban cinta mengatakan kebahagiaan cinta yang sesungguhnya adalah tatkala melihat orang yang dicintainya nampak bahagia meski tak bersanding dengannya.
Sungguh unik makna dari cinta, semua orang boleh menafsirkan makna cinta dengan versi mereka masing-masing. Karena hanya cintalah yang tahu makna cinta dan percintaan.
Berbicara tentang cinta, tak akan ada habisnya untuk menuntaskan sampai akar-akarnya, karena cinta memiliki versi yang beraneka ragam, dengan versi mereka masing-masing, dengan berbagai warna dan cerita yang ada. Namun, cinta tak kan lepas dengan yang namanya sebuah ketulusan dan kerinduan. Saat kita menatap sosok wanita yang mendekap buah hati yang begitu mungil dalam belaiannya, kita akan mengatakan bahwa itulah cinta yang sesungguhnya, cinta seorang ibu kepada sang buah hati dengan penuh kasih sayang dan ketulusan tanpa pamrih, makanya tak heran ada sebuah lagu yang mengatakan bahwa seorang ibu itu laksana sang surya, yang senantiasa menyinari dunia tanpa kenal lelah dan pamrih. Ya, ketulusan seorang ibu tak kan bisa digantikan dan dibalas dengan apapun, karena perjuangan seorang ibu dalam melahirkan sang buah hati dengan bertarung segenap jiwa raga bahkan hingga nyawa ia berikan demi anaknya tercinta, belum lagi ketulusan dan kasih sayangnya dalam mendidik dan membesarkan buah hatinya hingga dewasa tak kan mampu tergantikan dengan apapun juga. Itulah contoh ketulusan cinta yang nyata di dunia.
Lantas bagaimana dengan cinta sang Khaliq kepada Makhluq-Nya? Sungguh, tiada cinta terindah dan teromantis melainkan cinta sang Rabb kepada hamba-Nya. Dengan sifat Rahman dan Rahim-Nya, menyayangi seluruh hamba-Nya tanpa terkecuali, memberikan seluruh kebutuhan hidup hamba-Nya dan tak pernah pilih kasih, memberikan lautan ampunan kepada seluruh hamba-Nya meski manusia penuh dengan samudera dosa dan cela. Sungguh cinta sang kholiq merupakan cinta yang akan abadi sampai akhir hayat kita, cinta yang tak akan pernah tertolak dan akan terbalas, cinta yang tak akan mungkin membuat hati kita merasakan sakitnya patah hati, justru dengan cinta kita kepada Rabb akan membuat hati kita lebih nyaman dan tenang, cinta yang mengantarkan kepada kedamaian dan kebahagiaan yang hakiki.
Cinta, tak akan pernah lepas dengan yang namanya rindu, karena rindu merupakan bumbu penyedap dari rasa cinta. Cinta seorang hamba yang ditanam untuk Rabb, merupakan cinta yang tak akan pernah pudar, justru cinta itulah yang akan abadi. Dan bukti cinta seorang hamba kepada Rabb nya adalah dengan menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya tanpa pamrih, dengan segenap jiwa dan raganya, dan cinta yang mengantarkan pada kerinduan terbesar akan perjumpaan dengan kekasih hati, Rabb Semesta Alam. Itulah cinta yang abadi, cinta yang justru akan mendamaikan hati, cinta yang berakhir dengan kebahagiaan hakiki. Adakah yang lebih indah dari seorang hamba yang beriman melainkan perjumpaan dengan Rabb diakhirat nanti?
Comments
Post a Comment