Dewasa, bukanlah bertambahnya usia, bukan pula indahnya wajah yang jelita, bukan pula mapannya profesi yang ada ataupun indahnya kata yang tercipta. Melainkan bagaimana sang insan tersebut mampu menerjemahkan sebuah kedewasaan melalui indahnya hati & pemikiran yg dipoles dengan cantiknya perangai yang tercipta, teduhnya kata yang terucap & eloknya warna yang dicipta tuk menghias manusia dalam bingkai kemanfaatan serta kokohnya iman yang menancap dibalik dinding-dinding kalbu.
Yah, dewasa tak bisa diukur oleh apa yang nampak indera, namun bisa dirasa oleh tulusnya sukma. Dewasa tak bisa diukur oleh harta yang melimpah ruah, namun tentang bagaimana kita mengaplikasikan kekayaan yang melimpah menjadi kemanfaatan yang menyamudera. Dewasa tak bisa dinalar oleh logika melainkan diukur oleh ketulusan hati dalam bertindak. Sebab dewasa tak bisa melalui pencitraan, namun akan dirasa oleh hati yang jernih. Karena dewasa akan menjadikan kita menuju Hamba yang lebih baik & lebih sholih dari biasanya.
Jabatan, pangkat, & kekayaan terkadang bukan menjadikan kita menjadi lebih baik & dewasa, namun justru akan melalaikan fitrah kita sebagai seorang Hamba-Nya, hingga tanpa sadar kita telah melampaui dalam bertindak. Rupa yang menawan terkadang akan melalaikan hakikat kita sebagai hamba menjadi insan yang sombong & takabbur. Untuk itulah menjadi seorang yang dewasa diperlukan ilmu & adab. Agar dengan 2 hal tersebut manusia dapat bertindak sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah, para sahabat, Tabi'in, Tabi'in tabi'it & ulama'2 terdahulu yang memiliki ilmu yang luas & adab yang hebat dalam menghadapi makhluq Allah. Disitulah kita nantinya akan mengerti apa hakikat dari seorang hamba & bagaimana agar kita menjadi hamba terbaik-Nya.
Sugihwaras, 29 Juli 2018
#Muhasabah diusia yang bertambah, dan berkurang masa pengabdian di Dunia
#milad20th
#LebihbaikProduktifInspiratif
#ManfaatUntukSesama
#milad20th
#LebihbaikProduktifInspiratif
#ManfaatUntukSesama
Comments
Post a Comment