Sahabatku, kali ini saya akan berbagi mengenai kisah seorang pemuda yang tak bisa menundukkan pandangannya, setiap kali ia pergi pandangan matanya senantiasa membawanya kepada lembah dosa. Hingga pada suatu hari, pemuda tersebut mendatangi seorang Syaikh (guru pemuda tersebut), ia menceritakan perihal masalah yang dialaminya dan mengatakan "Aku ini seorang pemuda yang memiliki banyak keinginan dan tak bisa menundukkan pandanganku dari apa yang diharamkan (Wanita nonmahram) di pasar. Apa yang harus aku lakukan?"
Syaikh tersebut lalu memberinya segelas susu penuh dan menyuruhnya untuk membawa gelas tersebut ke suatu tempa dengan melewati pasar tanpa menumpahkan setetes pun air susu yang ada didalam gelas tersebut.
Lalu Syaikh tadi memanggil salah seorang muridnya untuk pergi menemani pemuda tadi berjalan di pasar. tugasnya adalah memukul dan mempermalukan pemuda tersebut dihadapan khalayak ramai apabila ia gagal dan menumpahkan air susu dalam gelas. Dan ternyata, pemuda tersebut berhasil membawa gelas susu tersebut tanpa menumpahkan sedikitpun darinya.
Kemudian Syaikh berkata "Berapa wanita yang engkau lihat tadi, wahai anak muda?" Maka pemuda tersebut menjawab "Syaikh, aku tak memperhatikan apapun disekelilingku selain gelas ini. Aku takut menumpahkannya, lalu dipukul dan dipermalukan dihadapan orang banyak."
Syaikh itu pun berkata "Begitulah keadaan orang beriman wahai anak muda. Orang beriman itu takut kepada Allah SWT dan takut kalau sekiranya dipermalukan dihadapan seluruh manusia pada hari kiamat kelak, apabila ia mengerjakan maksiat. Orang beriman itu selalu menjaga dirinya dari dosa dan maksiat. Hatinya selalu fokus dan tertuju pada hari kiamat"
Masya Allah.... Sahabat Catatan Penaku yang di Rahmati Allah, apabila kita bisa memahami hakikat iman dalam diri, maka tak akan ada hasrat untuk bermaksiat dalam hati. Semoga Allah menjaga iman kita. Semoga Allah menjadikan kita Hamba-Nya yang senantiasa takut dan senantiasa berharap atas Ampunan dan Rahmat-Nya. Aamiin Allahumma Aamiin.
Sumber : Fans Page berbahsa Arab, diterjemahkan dalam majalah Nurul Hayat, edisi 141 Oktober 2015
Comments
Post a Comment