Skip to main content

Makna Cinta dan Pernikahan


     

 Sahabatku, kali ini izinkan saya berbagi mengenai sebuah kisah yang mengajarkan kepada kita akan makna dari sebuah cinta dan pernikahan. Kisah ini yang akan mengetuk pintu hati kita dalam perjalanan mencari cinta sejati dan bagi yang telah terikat dengan ikatan suci pernikahan, maka akan semakin membuat ikatan tersebut semakin erat. Semoga kisah ini dapat menginspirasi penulis khususnya dan seluruh sahabat. Baiklah langsung saja kita simak kisah berikut.

     Suatu hari, Plato bertanya pada gurunya, “Apa itu cinta? Bagaimana saya menemukannya?” Sang Guru menjawab, “Ada ladang gandum yang luas didepan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta”.

      Mendengar perkataan Sang Guru, Plato pun berjalan, dan tidak lama kemudian, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, “Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?”

     Plato menjawab, “ Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana,sedangkan aku hanya boleh membawa satu saja, jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat aku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwa ranting-ranting yang kutemukan di depan ini tak sebagus ranting yang tadi telah ku lewati sedangkan aku tak boleh berbalik untuk mengambilnya kembali, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya” kemudian Sang Guru menjawab ” Jadi itulah cinta”

    Di hari yang lain, Plato bertanya lagi kepada gurunya, ”Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”

    Gurunya menjawab “Ada hutan yang subur didepan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur/berbalik kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang kamu anggap paling segar/subur dan paling tinggi, jika telah kamu temukan artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan”

    Mendengar nasihat guru, Plato pun berjalan, dan tidak berapa lama kemudian, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja.

       Gurunya bertanya, “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?” Plato pun menjawab, “sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya”

Gurunya pun kemudian menjawab, “Dan itulah perkawinan”

      “Cinta itu semakin dicari, maka semakin sulit ditemukan. Cinta sejati hanya ada di dalam lubuk hati kita, ketika kita dapat menahan keinginan dan harapan untuk mendapatkan yang lebih, maka kebahagiaanlah yang menghampiri kita. Namun Ketika pengharapan dan keinginan yang berlebihan akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan, tiada sesuatupun yang didapat, dan waktu tidak dapat dimundurkan kembali, dan penyesalanpun tiada arti saat itu. Maka terimalah cinta apa adanya.

     Pernikahan adalah kelanjutan dari Cinta. yaitu proses mendapatkan kesempatan, ketika kita mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya, Ketika kesempurnaan ingin kita dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan pernikahan itu, karena, sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya”.

   Sahabatku, begitulah kita, terkadang dengan mengatasnamakan cinta kita sering kali mencari yang sempurna dan kita alpa akan jati diri kita sebagai manusia yang penuh dengan cacat dan cela, kita lalai bahwa kesempurnaan hanyalah milik Allah semata, kita lupa bahwa justru dengan cinta itulah yang nantinya akan menyatukan kita dengan pasangan kita dengan berbagai cela yang akan saling melengkapi dan menghiasi satu dengan yang lainnya. Sahabatku, ketahuilah cinta yang tumbuh sebelum ikatan pernikahan suci bukanlah cinta abadi, melainkan cinta yang datang dari nafsu dan dihiasi oleh bisikan ijajil agar manusia terperangkap kedalamnya. Dengan mengatas namakan cinta yang indah manusia sampai lupa akan hakikat dirinya sebagai seorang hamba.

      Sahabatku, tiada cinta yang lebih indah melainkan cinta yang dibangun bersama setelah ikatan suci pernikahan. Karena jika ikatan itu telah terjalin, maka sang suami akan menerima dengan tulus dan ikhlas pasangannya, begitupun sebaliknya dengan seluruh kekurangan dan kelebihannya yang disatukan untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya. Itulah yang dinamakan cinta, Cinta karena Allah, bukan karena nafsu. Karena dengan ikatan suci pernikahan, cinta akan tumbuh dan bersemi hanya dengan pasangannya hingga ajal menjemput keduanya. Semoga bermanfaat

Sumber : Terinspirasi dari sebuah blog safruddin.wordpress.com

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

KISAH PENJUAL TAHU

        Ada seorang penjual tahu. Setiap hari ia menjual dagangannya ke pasar. Untuk sampai ke pasar, ia harus naik angkot langganannya.   Dan untuk sampai ke jalan raya, ia harus melewati pematang sawah. Setiap pagi ia selalu berdoa kepada Tuhan agar dagangannya laris.   Begitulah setiap hari, sebelum berangkat berdoa terlebih dahulu dan pulang sore hari. Dagangannya selalu laris manis.            Suatu hari, ketika ia melewati sawah menuju jalan raya utk naik angkot langganannya, entah kenapa tiba2 ia terpeleset kecemplung sawah.   Semua dagangannya jatuh ke sawah, hancur berantakan! Jangankan untung, modal pun buntung!         Setelah kejadian tersebut, ia mengeluh kepada Tuhan, bahkan "menyalahkan" Tuhan, mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Padahal ia selalu berdoa setiap pagi.   Akhirnya ia  segera kembali kerumah dan  tidak jadi berdagang.   ...

Begini Cara Mengajak Anak agar Mencintai Al-Qur’an

Penulis : Bintun Nuqthoh         Sebagai orang tua, tentulah kita mengharapkan yang terbaik untuk buah hati kita, agar buah hati kita menjadi anak yang sholih sholihah, yang bisa berguna untuk agama, bangsa dan negara, menjadi anak yang bisa menjadi contoh dan panutan untuk adik-adiknya, menjadi anak yang berkepribadian luhur sebagaimana yang Rasul ajarkan kepada umatnya.  Menjadi orang tua muslim, pastilah mendambakan sang buah hati bisa mencintai Rabb nya, mencintai Rasul-Nya, dan mencintai Al-Qur’an. Terlebih saat buah hati tersebut bisa menghfal Al-Qur’an, tentulah menjadi kebahagiaan terdahsyat dalam hati orang tua tersebut, karena sebagaimana yang kita ketahui bersama tentang keutamaan orang mencintai Al-Qur’an, membaca Al-Qur’an dan menghafalkannya, maka ia akan datang kepada hari kiamat sebagai pemberi syafa’at kepada orang yang membacanya.  Dan dengan kemuliaan Al-Qur’an bagi para penghafalnya, kelak ia bisa menjadi syafa’at dan bisa menolon...

Tips Menjadi Wanita Cantik Natural!

      Menjadi wanita cantik merupakan dambaan bagi setiap perempuan manapun, karena kecantikan bagi wanita adalah hal yang sangat penting. Lantas, kecantikan yang seperti apa yang kita dambakan? Apakah Kecantikan yang dapat menenangkan setiap mata yang memandang? Ataukah kecantikan yang berasal dari cerminan hati yang indah mempesona? Sahabat PENDAKI (Pena Dakwah Inspirasi) yang berbahagia, kecantikan sejati seorang wanita bukan hanya terletak pada rupa dan wajah yang menawan, melainkan dari keindahan hati dan akhlaq yang tercermin dari murninya ketulusan hati seorang wanita. Banyak di dunia ini yang memiliki wajah yang begitu anggun menawan, namun teramat sangat sedikit wanita yang memiliki keindahan dan kecantikan luar dan dalam.  Nah, berikut saya akan berbagi sedikit tips kecantikan yang indah dan natural, tentunya kecantikan yang bukan hanya dari rupa belaka namun dari keindahan hati yang menawan : 1. Istiqomah Berwudhu di Setiap Keadaan   ...